Bismillah, wa sshalatu wa ssalamu 'ala rasulillah
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan dan keberuntungan. Untuk menggapainya ada cara-cara yang harus ditempuh. Untuk meraihnya terdapat jalan yang harus ditapaki. Jalan itu tidak lain adalah dengan beribadah kepada Allah.
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Menjalankan ibadah artinya melakukan hal-hal yang dicintai Allah dan membuat Allah ridha. Hal itu terwujud dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi laranganlarangan-Nya. Perintah dan larangan itu bisa kita dapatkan di dalam Kitabullah -yaitu al- Qur'an- dan Sunnah -yaitu hadits- Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantara ayat yang menunjukkan kepada kita bentuk-bentuk ibadah pokok yang menjadi kunci kebaikan, keberuntungan, dan kebahagiaan adalah surat al-'Ashr.
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-'Ashr: 1-3)
Imam asy-Syafi'i rahimahullah sampai-sampai mengatakan, “Seandainya umat manusia mau memikirkan kandungan surat ini niscaya hal itu cukup -sebagai pelajaran- bagi mereka.”
Hal itu dikarenakan, di dalam surat ini Allah memberikan empat hal yang menjadi kunci kebaikan seorang hamba, yaitu:
1. Iman
2. Amal salih
3. Saling menasihati dalam kebenaran
4. Saling menasihati dalam kesabaran
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah di dalam risalahnya 'Tsalatsah al-Ushul' [tiga pondasi agama] menyimpulkan bahwa berdasarkan surat ini setiap kita wajib untuk mempelajari empat perkara dan mengamalkannya, yaitu:
1. Ilmu
2. Amal
3. Dakwah
4. Sabar
Ya, kalau kita lihat sekilas sepertinya kedua keterangan di atas berbeda. Di atas disebutkan bahwa empat hal yang menjadi kunci kebaikan itu adalah iman, amal salih, menasihati dalam kebenaran, dan menasihati dalam kesabaran. Sementara di bawahnya disebutkan bahwakewajiban kita adalah ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Apakah bertentangan?
Pengertian Iman
Para
ulama kita menerangkan, bahwa iman adalah pembenaran di dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam juga telah menjelaskan makna iman secara khusus di
dalam hadits Jibril yang sangat terkenal, yaitu hadits yang mengisahkan
kedatangan malaikat Jibril dalam rupa manusia lalu menanyakan tentang islam,
iman, dan ihsan. Di dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa iman adalah 'kamu beriman kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu
beriman kepada takdir; yang baik dan yang buruk' (HR. Muslim dari 'Umar bin
al-Khaththab radhiyallahu'anhu).
Imam
Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,
"Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal dengan
anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan berkurang dengan
berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami pengurangan dan ia juga
merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak sempurna ucapan iman apabila tidak
disertai dengan amal. Ucapan dan amal juga tidak sempurna apabila tidak
dilandasi oleh niat -yang benar-. Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak
sempurna kecuali apabila sesuai dengan as-Sunnah/tuntunan." (lihat Qathfu
al-Jana ad-Dani, hal. 47)
Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa
iman tidak akan benar kecuali apabila dilandasi dengan ilmu yang benar pula.
Oleh sebab itulah tepat sekali apabila dikatakan bahwa kewajiban beriman
-sebagaimana ditunjukkan oleh ayat dalam surat al-'Ashr di atas- juga menunjukkan
wajibnya menuntut ilmu. Bagaimana dengan ketiga hal yang lain? Ya, akan kita lihat
bahwa tiga perkara yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad at-Tamimi -yaitu amal, dakwah,
dan sabar- tidaklah bertentangan dengan makna ayat -yaitu amal salih,
menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran-; bagaimana
penjelasannya?
Ya,
tentu saja yang dimaksud wajibnya beramal adalah amal yang salih. Kemudian menasihati
dalam kebenaran itu dalam ungkapan lain lebih kita kenal dengan istilah dakwah.
Adapun kesabaran secara otomatis telah tercakup dalam menasihati dalam kesabaran;
sebab itulah tujuan utama dari nasihat tersebut; yaitu agar bersabar. Baiklah,
berikut ini akan kami paparkan sekilas tentang keempat hal itu mudah-mudahan bisa
memberikan pencerahan kepada kita.
Menuntut Ilmu
hakikat
ilmu itu adalah
mengetahui
petunjuk dengan dalilnya. Apabila disebutkan kata 'ilmu' -dalam pembicaraan para
ulama atau dalil agama- maka yang dimaksudkan adalah ilmu syar'i/ilmu agama
(lihat Hasyiyah Tsalatsah al-Ushul, hal.
10)
Banyak
sekali dalil dari al-Qur'an maupun as-Sunnah yang menunjukkan wajibnya menuntut
ilmu. Diantaranya, Allah ta'ala berfirman
(yang artinya), “Dan orang-orang yang diberikan ilmu itu melihat bahwasanya apa
yang diturunkan dari Rabbmu kepadamu itulah kebenaran.” (QS. Saba': 6). Ayat
ini menunjukkan bahwa orang-orang berilmu itulah yang bisa melihat kebenaran
yaitu pada apa-apa yang diturunkan Allah (lihat Miftah
Daar as- Sa'aadah [1/222])
Allah ta'ala
berfirman (yang artinya), “Apakah orang yang telah mati [hatinya] lalu
Kami
hidupkan
kembali dan Kami jadikan baginya cahaya yang bisa membuatnya berjalan di
tengah-tengah
manusia seperti keadaan orang yang sama dengannya yang masih berada di dalam
kegelapan-kegelapan dan tidak keluar darinya.” (QS. Al-An'am: 122)
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan,
bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas
adalah
orang yang dahulunya mati hatinya karena kebodohan lantas Allah hidupkan
kembali dengan ilmu (lihat Miftah Daar as-Sa'aadah [1/232])
Komentar
Posting Komentar